Saturday, July 5, 2014

TURKEY : The Real Spring in Istanbul (Ist. Part 1)

Saturday, April 12, 2014

Bursa, early morning, at the apartment..
Pukul 7 pagi kegiatan memasak sudah dimulai di apartment. Kembali kami memasak Fussili Aglio Olio tanpa BonCabe karena masih pagi, dan omelette BonCabe (tetep BonCabe) serta teh tarik hangat. Pukul 08.00 kami akan check out untuk melanjutkan perjalanan ke Istanbul, dan berancana akan mengambil jadwal bus KamilKoc pukul 09.00. 

Tepat pukul 08.00, seseorang datang untuk mengambil kunci. Namun, beberapa dari kami belum siap, saya pun memohon pengunduran waktu selama 15-30 menit. Hmm..hmmm... kata teman-teman saya galak dan 'menekan' saat meminta semua beres, hiiii maafin ya tapi emang udah telaaaaatt guys!!! hahahahaha *tu kan galak*

Setelah semua beres, periksa semua ruangan, check out, dan berpamitan dengan sang pemegang kunci kami menuju halte bus terdekat untuk menuju otogar. Kami memilih naik kendaraan umum lagi karena alasan biaya, maklum sudah hari-hari terakhir. Bus sangat padat karena semua warga Bursa berangkat untuk memulai aktifitas. Kami tidak dapat tempat duduk dan ikut berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang padat.

Ntri sebagai pemegang uang kas ingin membayar ongkos bus melalui supir bus, namun ternyata sistem bus di Bursa tidak menjual tiket di dalam bus. Untungnya kami tidak disuruh turun, melainkan harus membeli tiket di kios di halte selanjutnya. Agak lama juga jadinya bus menunggu Opet dan Ntri yang membeli tiket, maaf ya :D Sensasi mempertahankan posisi berdiri sambil menahan koper di peak hour itu rasanyaaa...... sungguh pengalaman menakjubkan. 

Kurang lebih setelah 15 menit perjalanan, kami tiba di otogar. Segera menuju kantor KamilKoc dan memesan tiket untuk bus keberangkatan pukul 10.00, yap kami tiba di otogar pukul 09.30. Bursa otogar pagi ini padat sekali, banyak penumpang dan bus lalu lalang. 

Pukul 10.00 bus tiba dan perjalanan menuju Istanbul pun dimulai. Estimasi perjalanan memakan waktu 3 jam 30 menit dan diperkirakan tiba di Istanbul pukul 13.30. Masih lelah karena kegiatan kemarin dan ke-hectic-an pagi ini, saya (dan yang lainnya) tidur lelap di bus, sampai akhirnya bus memasuki pelabuhan. Bus mengantri untuk masuk kapal ferry, menyeberangi Sea of Marmara. Sebelumnya saya belum searching perihal rute perjalanan, agak surprised tahu kalau kami perlu menyebrang dengan kapal.

Saya dan Opet turun dari bus dan menuju ke badan kapal. Yang lain masih belum ingin bergerak, namun akan menyusul nantinya. Diatas ramai penumpang dari kendaraan-kendaraan lain. Mirip lah seperti nyebrang Ketapang-Gilimanuk atau Merak-Bakaheuni, dengan kapal yang lebih bagus tentunya :p
Mengusir kebosanan kami berjalan di luar ruangan kabin. Sembari melihat pemandangan lautan. Anginkuuh moment lagi disini, hahaha cukup kencang dan dingin. Tidak sanggup bertahan lama-lama, kembali lagi ke dalam.


crossing the Marmara Sea (photo by Opet)

ferry at the back (photo by Radit)

Sepanjang perjalanan menyebrangi laut Marmara, banyak sekali burung-burung camar terbang melintasi lautan dan mencari makan di tengah luat. Makin mendekati Istanbul makin ramai yang terbang melintas. Beberapa penumpang ada yang memberika makanan berupa biscuit atau remah roti agar burung-burung datang menghampiri ke kapal.

Flying seagull

Kapal mulai merapat ke daratan, kamipun kembali ke dalam bus. Kemudian perjalanan darat berlanjut hingga sampai di Istanbul otogar. Karena kali ini siang hari, kami baru memahami bentuk Istanbul otogar. Meskipun di kota besar, otogar di kota-kota lain tampak lebih tertata daripada disini. Begitu turun banyak anak-anak kecil menawarkan bantuan untuk membawakan koper, seperti di bandara Soeta atau stasiun Gambir beberapa waktu yang lalu (namun sekarang sudah mulai ditertibkan). Seperti biasa kami menuju kantor KamilKoc untuk mempertanyakan perihal shuttle ke Sultanahmed, lokasi hotel kami.

Salah satu petugas meminta kami menunggu dan akan mengabari lagi begitu shuttle siap. Namun 20 menit menunggu tidak ada kabar juga. Akhirnya saya samperin lagi dan mereka bilang shuttle baru akan jalan 1 jam lagi. Lama sekaliiii... tak sabar menunggu akhirnya kami memutuskan untuk naik kendaraan umum. Menurut petunjuk dari hotel, penginapan kami dapat dijangkau dengan menggunakan metro hingga stasiun Aksaray (rumah Ugur) kemudian disambung dengan tram dan turun di Sultanahmed.


repost : Istanbul Metro and Tram Map (source : google)


Melintasi kota sambil menggeret koper starts again :D sampai Aksaray semua lancar terkendali. Dari stasiun metro Aksaray menuju stasiun tram Yusufpasa yang kami kira dekat, ternyata jaraknya lumayan. Oiya untuk transportasi di Istanbul kami masih menggunakan Istanbulkart yang kami beli di hari pertama, tinggal top up dengan uang kas :) Hari sabtu, Istanbul sangat ramai, dimanapun. Metro dan tram juga padat penumpang. Inginnya menunggu tram yang sepi, tapi tidak ada. Akhirnya dengan penuh perjuangan menerobos masuk saja di tengah lautan penumpang dan mencari tempat berdiri yang proper bersama koper :D

Ntri yang mendapat duduk di tram tampak sudah mengobrol dengan pria Turki yang duduk di sebelahnya. Tampaknya Ntri sekaligus bertanya akan letak pasti hostel kami. Di Sultanahmed, pria itu juga ikut turun dan mengatakan akan membantu kami menemukan hostel kami. Dia menggunakan telfon genggamnya untuk menelfon hotel dan memastikan letaknya, lalu membimbing kami. Lagi-lagi saya lupa namanya, yang pasti dia asli Turki dan sedang mengambil kursus Bahasa Inggris, makanya dia senang sekali bertemu kami sekaligus berlatih conversation in English. Kami berjalan sambil mengobrol dengannya, tepatnya saya, karena saya jalan paling depan bersama dia. Kami menuju Hagia Sophia-yang antrian di depannya super duper panjang-sesuai petunjuk telefon dan arahan dari lembar booking. Berhenti di dekat situ karena bingung. Andro dan Andre entah mengapa tiba-tiba merasa tidak percaya kepada pria tadi. Menurut mereka ada yang salah dengan pria itu.
"Jaketnya kaya jaket pembunuh ka".
What? I don't get it.. sebetulnya jaket pembunuh itu seperti apa. Dia memang memakai jaket kulit hitam, bahannya bukan yang terlihat kulit premium sih, tapi nampaknya ga ada yang salah.

Dia menelfon lagi ke hostel dan berbicara dalam bahasa Turki. Akhirnya saya berinisiatif untuk berbicara langsung dengan orang di balik telfon untuk mendapat petunjuk jalan langsung, dan gambaran bangunannya. Orang di seberang memberikan arahan jalan dan menggambarkan kalau hotel berwarna merah. Kurang lebih saya sudah mendapat gambarannya. Kemudian, karena parno akan perkataan Andro dan Andre, akhirnya saya bilang ke pria tadi, kalau kami akan menemukan hostel sendiri saja, dan terima kasih atas bantuannya. Agak nggak enak ngomong begitu, tapi ternyata responnya baik, dan kamipun  berpisah baik-baik.

Di tengah keramain Sultanahmed, kami kembali melanjukan pencarian hotel, berjalan menjauhi Hagia Sophia hingga menuju lokasi yang berisi restaurant dan hotel. Dari jauh plang Sultan Hostel sudah terlihat, lokasinya memang benar-benar strategis di pusat kota Istanbul. Setibanya di hotel, kami segera check in. Si receptionist langsung menebak kalau kami yang menefon tadi, yeah benar, hahahahaha..


Receptionist desk (photo by Radit)
Sultan Hostel, kami pesan melalui hostelbookers.com, merupakan backpacker hostel dengan lantai dasar sebagai restaurant&bar untuk umum. Dibanding hotel dan hostel sebelumnya disini paling ramai pengunjungnya. Kami memesan 1 kamar berisi 6 bed, bunk bed lebih tepatnya. FYI ini penginapan termahal diantara semua kota yang kami kunjungi di Turki. Yang namanya backpacker hostel memang tidak banyak ruangan untuk koper, kamar kami bisa dibilang sangat sempit untuk ber6, hahahaha pergerakan terbatas..

our tiny room :p (photo by Andro)

Sampai di kasur, semua jadi enggan bergerak, padahal jadwal kami di Istanbul sangat padat. Akhirnya setelah beberapa menit, kami tergerak juga karena lapar. Kembali menyusuri jalan yang tadi kami lalui, melewati depan Hagia Sophia yang masih sangat ramai menuju tepi jalan raya yang berisi bermacam restaurant, toko kue, toko turkish delight, souvenirs shop dan lain-lain. Kami tertarik dengan sebuah restaurant buffet yang menyajikan masakan Turki. Menu yang disajikan berbahan dasar daging, ayam, atau sayuran. Jenis sajiannya ada tumisan daging, mashed potato yang berisi ayam, paprika isi daging cincang, ayam bakar, sayur-sayuran mirip capcay, doner kebab (beef, lamb or chicken) dan sebagainya. Random saja pilih 4 macam lauk yang terlihat menarik, 2 porsi nasi putih, 2 porsi makanan pokok semacam couscous, dan 1 porsi salad, dilengkapi complimentary bread. Minumnya seperti biasa, air mineral botol besar. Untuk satu jenis lauk dihargai 10TL, porsinya lumayan besar. Rasanya enaaakk dan mengenyangkan, hehehehe.. Ini seperti restaurant Padang versi Turki. Sebagai penutup kami memesan rice pudding yang juga segar dan enak :)) Alhamdulillah..


late lunch (photo by Andro)

Hari sudah sore, objek wisata sudah banyak yang akan tutup, sayang kalau masuk cuma sebentar. Jadi tujuan kami kali ini adalah ke taman bunga yang kami datangi di hari pertama bersama Ugur. Berdasarkan ingatan kami, taman itu berada di dekat Topkapi Palace. Dalam suasana akhir pekan, kompleks Sultanahmed dan sekitarnya ramai akan pengunjung. Pedagangpun lebih ramai dari sebelumnya. Di Istanbul kami bertekad untuk mencoba berbagai macam street food, hehe tapi mungkin nanti, sekarang perut masih penuh.

Aya Sophia atau Hagia Shopia (photo by Radit)

Tiba di gerbang depan Topkapi, ternyata sudah tidak diperkenankan untuk masuk. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 16.00 lebih, dimana jadwal museum tutup adalah pukul 17.00. Cukup sedih :( Kamipun berkeliling di sekitaran Topkapi mencari tulip yang tumbuh di pinggir jalan dan menikmati suasana sore disitu.

Gerbang Topkapi Palace yang sudah ditutup dan dijaga tentara bersenjata (photo by Radit)


(photo by Radit)

The Boys (photo by Ntri)

Girls in boots (photo by Andro)


Ternyata di sekitar komplek Sultanahmed ada sudut sudut menarik yang belum kami kunjungi sebelumnya. Jalanannnya memang kecil, namun cukup ramai akan pengunjung karena banyak terdapat cafe, restaurant, turkish delight shop, bakery, souvenir shop, dan taman mungil dengan suasana musim semi yang kental.



this classic house has a story written on the front part, but I forget to documenting it (photo by Radit)

so many purple flowers <3 (photo by Andro)

that street (photo by Radit)

kucing liar tapi terawat (photo by Radit)

tulips 

luvly tulips along the edge of the street

zoom in

pardon our selfie :p (photo by Andro)

Ternyata oh ternyata..... taman tulip yang kami maksud bukan berada di dalam gerbang Topkapi, tetapi....... yeaaah kami menemukannya!!! Posisinya memang di sebelah kompleks Topkapi, namun tidak di dalam gerbangnya :)
Words cannot describe our (or just me and Opet?) happiness! 
Saya dan Opet sisi "cewek"nya keluar "Aaaa...tulip..aaaaa.....\" kemudian berpelukan :") yang selanjutnya diikuti dengan Radit dan Ntri yang saking bertatapan dengan pandangan aneh karena melihat sikap "terlalu cewek" kami :p hahahahaha.. 
Beberapa menit kemudian saya dan Opet sadar kalau tindakan kami tadi sedikit annoying ;p

Taman yang bernama Gülhane Park ini merupakan salah satu taman terbuka publik terluas di Istanbul. Saat musim semi seperti sekarang ini ratusan (atau mungkin ribuan) tulip beraneka warna dapat dijumpai disini. Tulip yang dikenal sebagai bunga asal Belanda dan dijadikan ikon negara tersebut, sebenarnya berasal dari Turki. Pada abad ke-16 tulip dibawa dari Turki ke Belanda dan dengan cepat menjadi populer di negara tersebut, serta dibudidayakan dalam jumlah besar sampai sekarang. Padahal sebenarnya berbagai jenis tulip telah tumbuh dan dibudidayakan di Turki jauh sebelum bunga tersebut terkenal di Eropa. 
Tidak hanya tulip, bunga-bunga dan tanaman lain juga menghiasi taman ini, seperti hyacinths, roses, pansies, bluebonnets, and more.


pretty Opet among pretty tulips (photo by Radit)

fuchsia
white tulips
multicolor

glowing orange (photo by Radit)

warm purple (photo by Andro)

this garden equipped with this kind of chair

a nice place to enjoy an afternoon (photo by Andro)
bromance

Ternyata taman ini luas sekaliiii.. kami mencoba menyusuri hingga ujung dan mengambil banyak sekali foto karena tiap sudutnya sungguh indah. Pengunjung yang datang kemari cukup ramai namun tidak sampai sesak sehingga kami masih bisa mendapatkan clear shot di beberapa lokasi. 


I don't know what the name of this bluish purple flowers, but it's beautiful (photo by Radit)

it's not lavender it's purple hyacinth,  love it :) (photo by Andrea)

tertoyor menoyor (photo by Ntri)

(photo by Radit)

unique decoration

(photo by Andro)

Andro in traditional Turkish (or Chinese?) costume replica (photo by Radit) 

;) (photo by Radit)

Menjelang matahari terbenam, sinar matahari memberikan kesan warna jingga dan suasana musim semi tampak seperti musim gugur di dekat kami :D


Andro (photo by Radit)

Opet (photo by Radit)

Ntri (photo by Radit)

Radit (photo by Andro)

Ika's ootd (photo by Radit)
stripes dress : mom's, coat : olive hotstuff
 legging : ITC mangga dua, belt : GU, boots : rieker
tongsis moment :D :D 

Menuju pintu keluar taman, saya dan Opet mendapati sekumpulan remaja wanita yang heboh melihat bunga, dan kami baru menyadari bahwa beberapa menit yang lalu telah melakukan hal yang sama --"


look up
Di luar taman kami menyempatkan diri untuk jajan steet food yaitu kastanye, semacam kacang berukuran besar. Karena sekedar ingin mencoba jadi membelinya juga tidak banyak, 5TL/100gram, isinya kurang lebih 8buah. Hmm enak juga... next simit dan kerang harus dicoba.. :D

Langit mulai gelap dan tujuan kami selanjutnya adalah Blue Mosque kemudian makan malam sembari menonton dervishes dance (tarian khas Turki). Di perjalanan kami menemukan toko souvenir dengan harga bersahabat yang kemudian membuat kami mampir cukup lama untuk berbelanja oleh-oleh. Hahahaha iya betul pure buat oleh-oleh :))

Tiba di taman depan Blue Mosque udara terasa makin dingin, langit juga sudah sepenuhnya gelap. Lagi-lagi saya dan Opet tergoda untuk jajan street food, kali ini minuman hangat khas Turki, bernama Salep (baca: sahleb). Minuman ini berbahan dasar susu dan tuber of orchid, secara tekstur creamy and foamy, dan ditaburi bubuk cinnamon diatasnya. Salep merupakan wintertime drink di Turki dan sudah populer sejak zaman Ottoman empire. Karena minuman beralkohol dilarang dalam Islam, Salep inilah yang diminum untuk menghangatkan tubuh selama musim dingin. Penjual salep membawa semacam kendi yang terbuat dari logam yang mengelurkan asap, kebayang donk sepanas apa minuman ini, hahahaha yeaah Turkish style. Rasanya minumannya saya pribadi suka, dan memang menghangatkan tubuh, walaupun lidah jadi melepuh akibat saya tidak sabar meminumnya, hehehee.. Patut dicoba lho Salep ini :) di minimarket juga banyak dijual Salep berbentuk bubuk siap seduh :)

Tiba di Blue Mosque, waktu shalat maghrib baru saja usai. Jadi kali ini Blue Mosque dibuka umum untuk turis. Peraturannya tetap sama, menutup aurat dan melepas alas kaki. 


Blue Mosque at night (photo by Radit)

the light bulb decoration (photo by Radit)

the pillar (photo by Radit)

us :) (photo by Andro)

the entrance gate (photo by Radit)

 (photo by Radit)

Time to dinner..
Rencana kami malam ini adalah makan di restaurant yang juga mangadakan pertunjukan whirling dervishes dance, yang merupakan tarian khas Turki. Pertunjukan dervishes dance juga dapat disaksikan di theater khusus yang mengadakan pertunjukan seni panggung khas Turki. Seperti di Hodjapasha yang populer di kalangan turis, setiap harinya diadakan pertunjukan seni panggung Turki, seperti dervishes dance, belly dance, dan drama musical tradisional. Untuk jadwal pertunjukan dan tiket masuk dapat dilihat di website http://www.hodjapasha.com/. Berhubung waktu kami sempit dan dompet mulai tipis, maka menonton 'gratis' sembari makan malam merupakan pilihan yang tepat :D

Restaurant yang menampilkan pertunjukan tari pun banyak pilihannya. Pilihan kami jatuh pada Merhaba resto yang berlokasi di Sultanahmed, tidak jauh dari hotel, sehingga dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Merhaba resto merupakan restaurant semi outdoor dengan menu utama hidangan khas Turki. Sebenarnya kami menemukan restaurant ini secara tidak sengaja saat akan berjalan pulang, hehehe. Karena lokasinya yang strategis, harga terjangkau, dan review nya yang bagus di TripAdvisor, malam ini restaurant ini sangat ramai, beruntung kami masih mendapatkan tempat duduk, walaupun agak himpit-himpitan. 

Pas sekali kami tiba pertunjukan akan dimulai dalam 10 menit. Kami memesan spinach gozleme dan grilled chicken untuk maincourse. Minumnya turkish tea panas, karena cuaca terasa dingin. Saya memperhatikan para waiter di restaurant ini sangat sigap dan mahir membawa makanan dalam jumlah banyak dan melewati meja dan kursi yang padat pengunjung. Sembari menunggu pesanan, pertunjukan pun dimulai. Penarinya hanya 1, berputar dengan pakaian putih, rok lebar, dan topi panjang yang juga berwarna putih diiringi musik dan lagu Turki serta lampu warna-warni. Entah berapa lama dia berputar, dan hebatnya tampak baik-baik saja setelahnya, hahahahaha saya yang melihatnya saja lama-lama pusing.



Whirling Dervishes Dance
Selesai makan dan menonton pertunjukan, kami segera beranjak menuju hostel. Di jalan mampir sebentar di mini market untuk membeli cemilan dan air mineral untuk bekal di kamar. Tiba di hostel, restaurant/bar yang berada di lantai dasar sangat ramai akan anak-anak muda (baca: abg) yang mengadakan party kecil-kecilan. Sepanjang jalan tempat hostel kami berada memang sebagian besar berisi cafe/bar yang beberapa diatasnya berupa penginapan. Bukan bar di hostel kami saja yang ramai, yang di sebelah dan seberang dan sekitarnya juga ramai pengunjung dan musik musik kencang. 

Memang kami bukan anak malam dan sudah lelah, kami langsung menuju kamar untuk beristirahat. Untungnya suara musik yang kencang di luar tidak terlalu mengganggu, terdengar namun samar-samar. Sembari bergantian mandi, kami mengobrol dan beberes (sesekali ngemil :p) dan kemudian beristirahat untuk persiapan esok hari yang juga padat.

Good night :) 




















No comments:

Post a Comment