Wednesday, April 30, 2014

TURKEY : Cappadocia day 1, Red & Rose Valley

Thursday, April 3, 2014

Gunaydin (good morning)...

Perjalanan Istanbul - Goreme memakan waktu kurang lebih 10 jam 30 menit. Bus kami tiba di Goreme bus station sekitar pukul 08.00. Walaupun bus beberapa kali berhenti di rest area, lumayan nyaman, disediakan cemilan dan minuman, serta ada fasilitas wifi, tetap saja perjalanan panjang membuat kami lelah. Turun bus, kami melihat kantor bus "Metro" dan kamipun memutuskan untuk membeli tiket bus untuk perjalanan berikutnya in advance, supaya tidak terjadi kepanikan seperti sebelumnya. Metro bus rute Cappadocia - Bodrum berangkat pukul 19.30 untuk tanggal 5 April seharga 60TL/person. 

Nevsehir bus contact

Udara pagi ini sangat dingin. Kami semua kedinginan kecuali Radit, dia tampak biasa saja. Selanjutnya pun Radit lah yang paling tahan dengan udara dingin. Dan ternyata terjadi sebuah tragedi yaitu sarung tangannya hilang sebelah. Usut punya usut sih sepertinya jatuh di Istanbul saat mengejar bus. :(

Di Cappadocia, kami menginap di Pandora Cave Hotel yang kami pesan via HostelBookers. Pengelola hotel menyampaikan dalam emailnya kalau ada yang akan menjemput kami di stasiun. Bagian ini di handle oleh Ntri, ibu sekretaris merangkap bendahara kita, yang kemudian menuju bagian informasi untuk minta bantuan pinjaman telefon. Oiya kami tidak membeli simcard lokal karena menurut Ugur terlalu mahal dan kami bisa menggunakan wifi dengan mudah di beberapa tempat untuk berkomunikasi. Sementara Ntri dan Opet menghubungi pihak hotel, saya ke toilet yang berada tidak jauh dari tempat kami. Toilet umum di Turki umumnya menarik biaya 1TL setiap masuk (uang saya lumayan banyak nih habis untuk ini). Sebagai penanda bilik tertulis BAY untuk pria dan BAYAN untuk wanita.

Mobil yang menjemput kami pun tiba, dan yang menjemput adalah pemiliknya langsung, namanya Ummut. Mobil Ummut tidak besar jadi kami bagi 2 kelompok. Yang berangkat pertama cewek cewek, saya, Ntri, dan Opet. Opet sempat khawatir meninggalkan para laki-laki di bus station, sampai Ummut berkata
"Is he your husband?" sambil memandang Opet dan Radit bergantian.
Saya dan Ntri hanya tertawa mendengarnya,
Opet buru-buru mengelak "Oh no no no, we're all friends".
Lalu kami menuju hostel, sembari mengobrol dengan Ummut di dalam mobil.

Cappadocia (english) atau Kapadokya (turkish) terletak di Central Anatolia, di provinsi Nevsehir. Kota (atau desa ya?) ini terlihat sepi sekali. Sepertinya kota ini benar-benar kota wisata, dan bulan April termasuk low season, jadi terlihat sepi. Tidak terlihat kendaraan umum lokal juga di jalan, hmm pantas saja di email si pemilik hotel menawarkan berbagai macam tour dan jasa penyewaan mobil. 

freezing and sleepy faces (photo by Radit)

the car bringing hot air balloon basket (photo by Radit)

Dari stasiun menuju hotel tidak jauh, tapi sepertinya tidak ada kendaraan umum selain taksi. Hotel kami terletak di wilayah Cavusin. Jarak antar wilayah di Cappadocia pendek-pendek. Karena low season tamu yang menginap di Pandora hanya kami sajaa, hahahaha... Tadinya kami memesan kamar dorm berisi 7 bed (maklum irit), tapi ternyata sedang ada masalah jadi kami diberi 2 kamar, satu berisi 2 bed kapasitas 3 orang, yang satu lagi berisi 5 bed kapasitas 6 orang. Waaaah rejeki, alhamdulillah, berhubung cewe-cewe tiba duluan kamipun memilih kamar duluan :p pilih yang untuk ber3. Ummut pun memberikan sarapan gratis untuk hari ini, wooo bahagiaaa... :")


Map of Cappadocia (source : google)
Triple room we've chosen (source : http://www.pandoracavehotel.com/)
Singkat cerita, rombongan pria tiba dan kami menikmati sarapan di restaurant hotel. Sembari menikmati pemadangan dari balkon. Masih ada beberapa balon udara yang terbang dan terlihat dari sini. Kami berencana akan menaikinya besok. Sembari sarapan, Ummut menjelaskan mengenai peta Cappadocia dan menyarankan kami untuk trekking di Red & Rose Valley hari ini, karena lokasinya bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki dari hotel. Ummut sedang sibuk pekan ini, karena sedang menjadi guide dan EO anak-anak high school dari Prancis yang berwisata ke Cappadocia. Setelah menjelaskan secara singkat tentang Cappadocia dan memberika peta, Ummut pergi bekerja. Istri Ummut sedang hamil 7 bulan, dan mereka sekeluarga tinggal juga di hotel ini bersama 2 anak usia sekolah dasar. Selain keluarga kecil ini, ada pula Mohammed yang bantu-bantu segala keperluan untuk tamu hotel. Mereka semua seru dan ramah.

Radit's menu

Pandora's living room (photo by Opet)

a comfy swing at balcony (photo by Opet)
As usual Turkish breakfast, there's always bread (keras), tomatoes, cucumber, and cheese. After finishing our breakfast kami beristirahat dan mandi karena lelah perjalanan semalam, dan berencana keluar setelah zuhur. Untuk makan siang kami makan bekal yang kami bawa dari Jakarta, ikan wader, keripik kentang, abon, rice crackers, kornet, rendang, teri, dan sebagainya. "ngemil" pun masih lapar, lanjut makan mie gelas, minta air panas dan pinjam peralatan ke Mohammed :D

Sesi pijat, thanks Opet :) (photo by Ntri)

View from hotel's balcony (photo by Radit)

Andrea sitting at the warm corner (photo by Radit)

Kurang lebih pukul 12.30, kami berangkat menuju Red & Rose Valley, tetap memakai jaket/coat karena udara cukup dingin. Di tengah jalan kami baru ingat kalau peta, yang sudah diberi petunjuk oleh Ummut, tertinggal di ruang makan, dan ruangan dikunci karena pemilik hotel sedang keluar semua, eeeaaaa... Saya coba iseng minta peta di hostel terdekat. Untungnya dikasih, tapi beda jenis dan agak membingungkan, hahahaha jadi berbekal ingatan akan penjelasan Ummut tadi saja.

Admiring the cave suites (photo by Radit)

Read the map (photo by Radit)

The view is really amazing!! Baru sebentar perjalanan udah banyak spot untuk foto, hahaha.. Batuan Cappadocia memang unik, photo material banget deh.
Disini kita benar-benar trekking naik turun bukit batu pasir. Pantes si Lela bilang di Cappadocia sebaiknya pakai sepatu keds, ternyata benaarr...


Be careful guys (photo by Radit)

Opet merosot (photo by Radit)


Red & Rose Valley characterized by red coloured stone

(photo by Radit)



Our Selfie Moment :p
Namanya hiking di hutan dan bukit ada saja hal "liar". Di tengah jalan, Andrea menemukan jejak hewan yang ukurannya cukup besar. Takut banget kan kalo itu serigala atau hewan buas lainnya (jangankan serigala, anjing aja takut). Dan memang di lembah ini sepanjang mata memandang tidak ada manusia lain selain kami, heran. Selanjutnya dicerikatan dengan foto saja yaa.. :)


Radit's and the footprint (photo by Radit)


Look at the layering colour, marvelous!

 
On top of the world (photo by Radit)

(photo by Andro)


ootd (photo by Andro)
tshirt : uniqlo, sweater : uniqlo, coat : zara trf, jeans : uniqlo, scarf : Korean local product, bag : bree, boots : rieker

Untuk mendapatkan foto diatas, perlu naik batu yang cukup curam. Sayangnya Opet kelelahan, karena sepatu yang dia pake ada hak nya (hebaat yaa Opet hiking pake highheels, applause..). Jadi beliau di bawah saja menjaga tas.. pukpuk Opet..

Opet in "Jared Letto" jacket :p (photo by Radit)




just jump!

Setelah matahari mulai turun dan pencahayaan semakin kurang bagus, kami turun untuk kembali ke hotel. Udara juga semakin dingin. Kami melewati jalan yg sama, jalan yang menantang ituu... Di tengah jalan ada insiden pemukulan yang dilakukan oleh Opet terhadap Ntri!!
Hahaha sebenarnya yang terjadi ada laba-laba hinggap di jilbab Ntri. Opet yang takut dengan laba-laba tepat berdiri di belakang Ntri (saya di belakang Opet), refleks lah itu tangan nampar laba-laba yang berakibat juga menampar kepala Ntri. Dan cerita ini tetap dibahas sampai saat ini...


The Boys with Fairy Chimney at the back (photo by Ntri)

and the girls (photo by Radit)
Selfie moment (again)
Fairy chimney merupakan batuan tunggi memanjang yang dibagian puncaknya merupakan batuan keras yakni basalt dan di bagian bawahnya batuan vulkanik lunak seperti mudstone atau sandstone yang bisa mengalami erosi. Erosi terus terjadi karena perubahan cuaca ekstrim, namun basalt di puncak melindungi batuan lunak di bawahnya dan mencegah terjadinya erosi. Bila basalt di puncak rusak atau jatuh makanbatuan lunak di bawahnya akan mengalami erosi perlahan. Lengkap dan jelasnya Ntri lebih paham, hehehe atau bisa cek tentang Hoodoo.

Andro and Opet (photo by Radit)

Ntri and Ika (photo by Radit)

Radit and Andrea 

Keluar dari lembah, kami lupa jalan pulang. Tersesat dan terjadi tragedi. Diikuti anjing -.-
Mungkin hal biasa untuk beberapa orang, tapi mengerikan untuk saya, Ntri, dan Andro yang takut anjing :(. Udah jalan sok tenang tetep juga diikuti dan didekati, anjing sini lebih agresif daripada yang di Istanbul. Ntri yang membawa tas jinjing nampaknya menarik perhatian anjing itu, Ntri diikuti, karena takut berlindung dengan berjalana memutari Andro. Andro yang juga takut anjing mendekat ke Opet. Lalu terjadi lah simulasi tata surya, hahahaha.. saya berhasil kabur dan menjaga jarak :p Ini antara lucu dan ngeri sih.. hahahahaha maaf ya guys..

that dog! (photo by Radit)

Si anjing tetap mengikuti sampai depan pagar hotel (sempat nanya orang karena kami nyasar) ckckckck..
Sampai hotel, lapar, mau makan bekal saja nggak kenyang. Tanya ke Mohammed rekomendasi makan. Dia menyarankan delivery junk food atau coba restaurant kenalannya. Kami pun memutuskan mau coba restaurant yang ditawarkan, walaupun katanya cukup mahal (range 20-35TL/person). Restaurant nya terletak di Goreme, akan ada mobil dari pihak restaurant yang menjemput kami di hotel.

Kontur tanah di Goreme sempit dan curam, si supir jago banget nyetirnya walau bisa dibilang ugal-ugalan. Koy Evi Restaurant, offers traditional Cappadocia dishes, konsep bangunannya cave restaurant. Kami pesan 4 makanan, saya sharing dengan Andro memesan lamb something (lupa namanya). Daging paha domba bakar dengan salad (yang seperti lalapan) dan disajikan dengan semacam makanan pokok seperti nasi, yang mirip couscous namun berukuran lebih besar. Opet, Ntri, dan Radit memesan menu yang sama, ayam bakar dengan "nasi" dan salad. Yang unik pesanan Andre, chicken pottery kebab. Daging ayam dimasak berkuah dan ditempatkan di dalam tembikar berbentuk seperti guci kecil. Setelah disajikan di meja, pramusaji memecahkan leher guci di depan customer.

my menu
pottery kebab (source : koy evi web)

Menurut saya menu yang saya pesan rasanya enak, lamb nya empuk dan tidak bau. Porsinya juga cukup untuk berdua. Di setiap restaurant Turki selalu disediakan compliment berupa roti, di restaurant ini selain roti disediakan pula saus untuk dipping/pendamping roti yang terbuat dari yoghurt dan daun mint, bayangkan rasanya, hahahaa.. kurang cocok sih di lidah saya.
Alhamdulillah semua kenyang tapi tampaknya yang lain tidak terlalu puas. Untuk makan dan minum kali ini total 120TL. Oiya kami memberlakukan sistem uang kas, yang dikumpulkan di Ntri untuk keperluan yang bersama-sama. Makan ini pun dibayar dengan uang kas, jadi ga lama-lama ngumpulin uang di depan waiter, hehehe..

Pulangnya kami diantar lagi oleh pihak restaurant, sampai hotel segera beristirahat karena besok harus bangun pagi untuk hot air balloon tour,, can't wait! :D

Friday, April 25, 2014

TURKEY : Jakarta - Kuala Lumpur - Istanbul

Wednesday, April 2, 2014

Merhaba...Turkiye..

Kami tiba di Istanbul dengan selamat setelah menempuh perjalanan 2 jam + 10 jam 45 menit (juga transit di Kuala Lumpur selama 1 jam 40 menit). Alhamdulillah semuanya lancar, tidak ada masalah di airport, bagasi sampai dengan selamat, dan semua sehat dan bersemangat. 
Hari ini kami akan bertemu dan bertamuan ke rumah temannya Ntri yang warga Turki asli. Namanya Ugur, M, 19 yo, student jurusan sastra Prancis. Kalu dirunut Ugur ini temennya-temennya-temennya-temennya Ntri, hahahahaa panjang silsilahnya. Ugur tinggal di Aksaray, kami sepakat akan bertemu di stasiun Aksaray di exit B.

Istanbul train and tram map


Dari Attaturk airport ke pusat kota tidaklah sulit. Menuju Aksaray cukup dengan menggunakan metro (underground train) sekali jalan. Biaya perjalainan 1 line kereta adalah 3 lira/person apabila membeli tiket satuan. Namun, atas saran bapak penjaga tiket, kami membeli Istanbulkart, kartu untuk semua transportasi umum seharga 10 lira dengan saldo 6 lira. Keuntungan memiliki Istanbulkart ini biaya satu kali perjalanan menjadi 2 lira, dan 1 kartu bisa dipakai lebih dari 1 orang. Lumayan banget kan hemat 1 lira (dikali 6 jadi 6 lira) tiap kali perjalanan. Untuk top up saldo pun mudah, bisa dilakukan di mesin-mesin yang ada di stasiun metro, tram, dan bus. 
Istanbulkart (source : google)
Singkat cerita kami tiba di Aksaray dan bertemu Ugur yang kemudian mengajak kami untuk mampir ke apartment nya (tujuan kita mau menitipkan koper juga sih sembari jalan-jalan). Apartment Ugur tidak jauh dari stasiun, tipikal apartment Eropa dengan lift minimalis yang hanya muat 2-4 orang tanpa koper. Ugur tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya di lantai 4. Disana kami membersihkan diri (seharian belum mandi lho) dan mengistirahatkan diri. Ibu Ugur dengan baik hati menyambut kami dan menyiapkan sarapan.. :") terharuuu..... 

Turkish Breakfast by Ugur's mom (bread, cheese, cucumbers, and tomatoes is a must)
photo by Ntri

Turkish tea in the signature glass

Cukup asing awalnya dengan sarapan tipe seperti ini, tapi so far kami semua makan dengan lahap. Ibu Ugur juga menyiapkan Ayran untuk kami. Ayran adalah minuman favorit warga Turki yang terbuat dari yoghurt yang dicairkan. Saya termasuk pecinta yoghurt, bahagia deh minum ayran, walaupun rasanya agak-agak janggal karena ASIN. Yoghurt rasa asem-asem sedikit asin? Coba sendirilah kalau ke Turki, wajib! hahahahaha...

Selesai sarapan dan bersih-bersih, Ugur mengajak kami berkeliling Istanbul. Harusnya hari ini Ugur ada kelas, namun dia bolos karena menemani kami (dan katanya kelas itu membosankan), aaiiiihh :").
Kami berkeliling Istanbul dengan berjalan kaki. Tujuan pertama money changer, untuk kehidupan selama di Turki. Yup, lira tidak tersedia di money changer Indonesia (mungkin ada di money changer tertentu) jadi kami membawa USD atau Euro dari tanah air. Kurs hari itu 1 USD = 2, 17 TL, 1 Euro = 2,9 TL. Kalau di rupiahkan 1 Lira kurang lebih Rp.5500,00-Rp 6000,00 (kurs berubah setiap hari dan berbeda di tiap kota). USD dan Euro juga diterima di beberapa toko dan tourist attraction di Turki, biasanya dihitung 1 USD = 2 TL, 1 Euro = 2,75 - 3 TL.

Istanbul kota yang padat, cukup banyak orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan. Cuaca hari ini matahari bersinar terik, namun udara dingin dan sedikit berangin. Kami semua memakai coat/jacket disertai scarf. Kami berjalan melewati jalan utama, kampus Ugur, toko buku sekitar kampus (ala ala Kwitang di Jakarta) menuju Sultanahmed. Sultanahmed daerah yang ramai, karena museum dan objek wisata lainnya banyak terdapat disana. Hagia Sophia dan Blue Mosque, yang menjadi ikon pariwisata Istanbul terletak di Sultanahmed dan letaknya berseberangan.

Andro, Ntri, Andre, Ika, Opet, and Ugur, photo stop in front of  Hagia Sophia (photo by Radit)
 Andre- Ntri ga kalah sama Dude-Alyssa :p
Hagia Sophia dan museum lainnya akan kami kunjungi di hari terakhir setelah kembali dari kota-kota lain. Hari ini tujan kami ke Blue Mosque terlebih dahulu. Tiba di Blue Mosque tepat saat waktu shalat zuhur, kami yang muslim pun melaksanakan shalat zhuhur di Blue Mosque.

Blue Mosque atau Sultan Ahmed Mosque/Sultan Ahmed Camii in Turkish, disebut blue karena interior dalamnya berwarna biru. Mesjid ini buka setiap hari untuk tourist, namun ditutup selama waktu shalat. Tempat wudhu berada di luar gedung, dilengkapi kursi, dan airnya sangat dingin. Untuk masuk Blue Mosque diwajibkan menutup aurat (hijab dan kain untuk menutupi kaki untuk wanita) dan melepas alas kaki. Kantung plastik dan hijab/kain disediakan di pintu mesjid. 


Opet and Ugur in front of Blue Mosque

Ntri berwudhu

Inside Blue Mosque

Setelah adzan selesai, semua shalat masing-masing. Saya bingung apakah disini memang tidak ada shalat berjamaah atau bagaimana. Akhirnya kami pun shalat masing-masing dan melanjutkan perjalanan. Ugur mangajak kami mengelilingi komplek Sultanahmed, melewati Hagia Sophia, Topkapi Palace, Archelogical Museum, dan taman-taman disekitarnya. Baguuusss bangeeett, suasana musim semi, tulip dan bunga-bunga bermekaran dimana-mana!!

Ugur, Ntri, Ika, and the purple flowers
Opet, Andro and Tulips

Andre, Radit, Andro, Ugur, Ika, Ntri (photo by Opet) on the way to Topkapi

Tujuan berikutnya adalah Bosphorus Cruise from Eminonu. Dari Sultanahmed kami diajak berjalan kaki juga oleh Ugur, sembari melewati Grand Bazaar dan Spice Bazaar. Tertarik sih untuk melihat-lihat lebih jauh, tapi baru hari pertama masa udah belanja? hahaha


Grand Bazaar (photo by Ugur)

Banyak perusahaan yang menawarkan Bosphorus Cruise, kami mempercayakan Ugur untuk memilih. Dapatlah tiket cruise seharga 12 TL, dan akan berangkat dalam 15 menit, fiuuhh pas banget.

Menurut hasil pencarian di dunia maya, best view of bosphorus cruise bisa didapat dengan mengambil tempat duduk di sebelah kiri kapal. Kami pun mengambil tempat di sebelah kiri, di bagian kapal yang semi terbuka di atas. Kapal pun berangkat, angin bertiup kencang, pemandangan indah perpaduan Asia dan Eropa terpampang di hadapan kami. Maksudnya mau lihat pemandangan tapi nggak tahan juga lama-lama kedinginan, hahahaha masuklah ke bagian yang indoor di bawah.



Opet with New Mosque at the back
di sekeliling kapal banyak ubur-ubur

Dolmabahce Palace


View from the cruise (don't forget to choose the left side)
freezing selfie (taken by selfie stick aka tongsis)

Kapal kembali ke Eminonu setelah melintasi bosphorus cruise kurang lebih selama 1,5 jam. Turun dari kapal saya penasaran dengan kapal yang bergoyang heboh di tepi dermaga, yang ternyata menjual roti isi ikan (fish bread) yang dalam bahasa Turki disebut Balik Ekmek. Roti berisi ikan panggang utuh dilengkapi dengan selada, timun, tomat, dan irisan bawang bombay. Termasuk salah satu makanan yang patut dicoba di Turki. 1 porsi harganya 6 TL, rasanya kalau saya sih suka, the fish taste like home, kaya ikan selar masakan Indonesia menurut Opet.

one of fish bread store

Tujuan selanjutnya adalah Balat Street, daerah Jewish di sisi Eropa Istanbul. Ciri khas Balat adalah bangunannya yang berwarna-warni. Kami tertarik kemari karena foto-foto di instagram @sert_mehmet di balat street tampak keren. Kalau menurut Ugur disana biasa saja dan daerahnya cenderung bronx. Namanya penasaran tetep dilanjutkan, kembali dengan berjalan kaki, cukup jauh dan tanjakan, sehat..sehat...
Sempat bingung mencari the exact place seperti di foto, untung ada Ugur yang menunjukkan jalan dan bertanya pada orang-orang sekitar sampai akhirnya ketemu lokasinya. Sense of art saya kurang tinggi untuk bisa menangkap gambar yang bagus disini, yang lain tampaknya bisa dapat foto-foto bagus.

Balat Street (photo by Ntri)

tongsis moment 

Sudah sore, perut mulai lapar. Kami mencari restaurant di sekitar sini, dan masuklah ke salah satu restaurant Turki. Ugur yang vegetarian makan something seperti nasi dan sayur-sayuran berbumbu, kami semua pesan Doner (daging kebab di dalam roti). Roti di Turki semuanya keraasss. I wish I'm not wearing braces deh inii. Makan sore ini pun ditraktir Ugur, terima kasih banyaak Ugur :')

Langit mulai gelap, dan malam ini kami akan melanjutkan perjalanan menuju Cappadocia. Salahnya kami belum memesan bus karena tadinya berfikir akan beli on the spot dan tidak menemukan loket nya di airport. Sebenarnya Ugur ingin mengajak kami ke Taksim Square, namun waktu sudah mepet, jadi kami kembali ke apartment dan Ugur menelfon perusahaan bus penyedia jasa angkutan ke Cappadocia. Sebenarnya dari Jakarta sudah cek jadwal untuk bus Metro keberangkatan pukul 22.00 tapi ternyataaa sudah full kursinya, panik! Dan dengan baik hatinya Ugur menelfon perusahaan-perusahaan lain, sampai akhirnya pilihan jatuh ke bus Nevsehir, keberangkatan pukul 21.00. We are in a hurry!!

Keluarga Ugur memang semuanya baik hati, sebelum berangkat pun kami dipersilahkan minum teh dan makan kudapan terlebih dahulu. Kali ini ada adik perempuan Ugur juga, sudah pulang dari kuliah. Setelah makan dan minum buru-buru (panas pula) dan beres-beres buru-buru, menuju stasiun metro pun dengan berlari. Yap, untuk menuju terminal bus (Otogar) kami perlu naik metro dari Aksaray - Otogar. Lari-lari, geret-geret koper, that's the art of flashpacking, hehehehe

Alhamdulillah we made it in time!
Tarif bus Nevsehir rute Istanbul - Goreme yaitu 65 TL. Perjalanan pun diimulai, bus nya lumayan enak, ada free wifi juga. Millions thanks to Ugur and family, see you later Istanbul :)

with Ugur and his mom (photo by Ugur's sister)

Beberapa fakta yang saya dapat di Turki (esp Istanbul) :
  1. Warga Turki minum kopi/teh dalam keadaan panas berasap, kalau sudah adem sedikit harus diganti karena menurut mereka sudah tidak nikmat.
  2. Selain Istanbulkart, ada juga Akbil (smart ticket) sebagai pass untuk transportasi. Bentuknya seperti gantungan kunci bermagnet button. Mulai dipakai sebagai pengganti card, namun belum semua stasiun menyediakannya.
  3. Tempat wisata di Istanbul tutup di hari tertentu, seperti Hagia Sophia di hari senin, Topkapi Palace di hari selasa, dan Grand Bazaar di hari minggu. Pastikan jadwalnya dengan benar yaaa :) 
  4. Transportasi dalam kota Istanbul tersedia metro (underground), tram, bus, dan ferry
  5. Transportasi darat antar kota ada train dan bus, namun bus lebih berkembang dan lebih banyak tersedia. Beberapa perusahaaan bus yang populer di Turki (dan sering saya lihat di jalan/terminal) antara lain : KamilKoc, Metro, Nevsehir, Pamukkale
  6. Di Istanbul, dan kota lain di Turki, banyak sekali kucing dan anjing liar di jalan. Sebagai anak yang takut anjing saya merasa insecure :(. Tapi sejujurnya kucing dan anjing liar disini sehat dan bagus-bagus, bulunya tebal, gemuk, dan tampak terawat. Sepertinya pemerintah kota memelihara mereka walaupun dibebaskan di kota. Di perjalanan menuju Eminonu saya melihat anjing dan kucing makan daging berbantuk slice yang pastinya diberikan oleh seseorang disitu. Waaah pantas sehat yaa, makannya daging bagus..
Ok, it's a wrap for day 1, iyi geceler....