Saturday, May 31, 2014

TURKEY : Uludag-Bursa, Where April's Spring Feels Like Winter

Friday, April 11, 2014

Bursa, early morning..
Setelah 7 jam perjalanan, bus tiba di Bursa otogar pukul 06.30. Masih sangat pagi dan cuaca terasa sangat dingin, mata pun masih mengantuk. Kali ini tidak ada petugas KamilKoc yang menawarkan shuttle bus menuju penginapan. Saya berniat menghubungi kontak apartemen yang kami sewa di Bursa karena menurut email yang saya dapat, mereka akan menjemput ke bus station. Yup, di kota ini kami tidak menginap di hotel atau hostel, melainkan menyewa sebuah apartemen melalui booking.com. Apartement fully furnished 4 kamar seharga 75 euro semalam. :)

Sasaran penolong pertama adalah kantor KamilKoc, kami bermaksud meminjam telefon untuk menghubungi pengelola apartement. Sayangnya petugas disini tidak paham sepenuhnya Bahasa Inggris, mereka kesulitan untuk menerima informasi yang kami tanyakan. Saat kami menunjukkan bukti booking (maksudnya menunjukkan alamat dan no telefon) mereka (dengan bahasa seadanya dan isyarat) said that we should took a yellow bus. Kami juga mencoba menanyakan perihal pemesanan tiket bus untuk ke Istanbul esok hari. Namun mereka bilang bus ada setiap 30 menit, jadi tidak perlu pesan dari sekarang.

Menyerah, akhirnya kami duduk-duduk saja sembari mencari makanan. Ntri pun mencoba meminta tolong information center untuk menghubungi apartment, namun jawabannya juga sama "take the yellow bus number 38". Hmmm okay, kembali duduk..

Beberapa waktu kemudian, Opet datang bersama seorang pria muda Turki dan menanyakan nomer telefon yang bisa dihubungi. Ternyata beliau adalah petugas KamilKoc, yang mau meminjamkan handphone nya. Waaaah memang yaa pesona Opet, tidak diragukan ;D

Waktu masih menunjukkan pukul delapan kurang. Nomor telefon yang terterta di lembar booking tidak menjawab panggilan. Kantornnya masih tutup kah? Lalu saya membuka email-email balasan dari mereka yang terdapat beberapa no hp pribadi sang penjawab email. Semua dicoba. Alhamdulillah satu menjawab, Kara, the reservation manager. Tampaknya dia juga belum sampai kantor, karena dia mengatakan akan menghubungi kantor dan menelefon kembali nanti.
10-15 menit kemudian sang petugas KamilKoc (lupa ga nanya namanya) menghampiri saya memberikan telefon dari Kara. Kata Kara, kami baru bisa check in pukul 11, dan mobil jemputan pun baru bisa berangkat pukul 10. Wah masih lamaaa.. Karena bosan di otogar akhirnya kami memutuskan untuk take the yellow bus dan menunggu di sana saja.

Di luar dingin sekaliii dan gerimis ringan. Tempat membeli tiket bus dan tempat menunggu bus untungnya tidak jauh, namun bus tak kunjung datang, brrrrrr.... Harga tiket bus kuning 2TL/orang..

Singkat cerita, akhirnya bus tiba dan saya menunjukkan peta apartment kepada sang supir agar berhenti di tempat yang dimaksud. Berbekal dengan pemahaman peta singkat oleh Andre dan Radit dan kepercayaan penuh pada supir bus, we're heading to central Bursa!!

Karena masih pagi bus ramai akan penumpang yang akan berangkat bekerja atau sekolah. Kota Bursa pun ramai, baik dari penduduknya yang tampak, dan tata kota nya yang terlihat seperti kota besar, walaupun bangunannya banyak yang terlihat sudah tua. Di tengah jalan saya seperti melihat kumpulan bangunan tinggi berwarna kuning yang mirip apartemen yang kami sewa (menurut foto di website). Tapi supir bus diam saja dan saat saya datangi beliau bilang, masih belum. Perjalanan berlanjut lagi, bagian kota yang ramai sudah terlewati, sekarang wilayahnya relatif lebih sepi. Tak lama kemudian supir bus memberikan kode kalau next stop adalah tempat pemberhentian kami. Beliau memberikan arahan jalan singkat, lalu kemudian kami turun dan berterima kasih.

Okey kami lost disini. Kami bertanya pada petugas pom bensin, pemilik toko, seorang bapak di jalan yang mengira saya dan Andre orang Pakistan (bener kok Pak, Kakek saya Pakistan :p), orang-orang yang lewat, akhirnya sampailah di kompleks apartemen berwarna kuning. Kami mencari gedung D5 sesuai yang tertera di lembar booking, dan masuk kedalamnya.

Lantai dasar, berisikan lemari-lemari kecil yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan kunci dan sebagai kotak pos. Berikutnya ada pintu masuk yang di dalamnya terdapat lift. Hanya ada 1 orang, yang nampaknya adalah penghuni, tapi tidak mengerti bahasa inggris. Saya mengirim sms ke Kara, mengatakan kalau kami sudah tiba di depan apartment. Khawatir sms tidak terkirim karena masalah pulsa, tapi ternyata tak lama Kara membalas, kalau akan ada seseorang yang akan datang membantu kami dalam 10 menit. :)


outside apartment (photo by Radit)

the lockers (photo by Radit)

10 menit kemudian, setelah sebelumnya ge er ada yang menghampiri padahal bukan menghampiri kami, melainkan keluarga yang baru turun dari lift, datanglah mobil dengan tulisan Longtourism. Kali ini saya yakin, karena itulah nama agen travel penyedia apartment ini. Seorang pria, yang benar dari Longtourism, mengantarkan kami ke kamar di lantai 13.  Berbeda dengan nomor kamar yang dituliskan di lembar booking, tapi tak apalah. Begitu masuk ke dalam kami semua terpukau. Apartment-nya homey dan nyaman sekali (walaupun ada sedikit bau-bau aneh di dapur). Apartment ini terdiri dari 3 kamar, 1 kamar mandi dalam, 1 toilet, 1 kamar mandi+ruang cuci, dapur, ruang keluarga+meja makan, dan ruang duduk-duduk. Luass dan perabotannya sangat memadai. happy banget!!!

Saya, Opet, dan Ntri mengambil kamar tidur utama dengan kamar mandi di dalam. Kasurnya hanya 1 king size but it's okay tidur ber3 :) Melihat mesin cuci saya dan Opet langsung berinisiatif untk mencuci celana jeans kami, dengan sabun cuci yang dibeli di Cappadocia, mencuci dimulai.

Apartment juga dilengkapi koneksi wifi yang lumayan kenceng. Saya mencoba menghubungi Kara lagi via WhatsApp untuk menanyakan mengenai tour. Rencana kami hari ini adalah main ski di Uludag. Daerah pegunungan di wilayah Bursa yang memiliki ski resort dan ramai saat winter. Sayangnya, saat ini salju sudah tidak memungkinkan untuk ski, karena tidak cukup tebal. But, we still wanna go to Uludag to see the snow.

Kara menawarkan penyewaan mobil untuk Uludag dan Bursa sightseeing plus guide, Mercedes Vito, 350TL. Selanjutnya Radit lah yang berdiskusi dengan Kara via WA perihal tempat-tempat yang kami kunjungi, yup Bursa adalah bagian 'ome-ome' Radit. Semua setuju, dan pukul 13.00 atau kurang lebih 1 jam dari sekarang kami akan berangkat.

Satu jam kemudian Kara mengabarkan kalau mobil yang menjemput kami sudah berangkat dari kantor, serta memberitahukan nama dan nomor telefon guide. Kami bergegas turun, walaupun saya dan Opet heran kenapa mesin cuci sejak tadi belum selesai juga mengerjakan pekerjaannya. Akhirnya kami tinggalkan saja. Di bawah mobil, driver, dan guide sudah menunggu. Guide kami bernama Halit dan dia sangat suka merokok. Saat baru akan memasuki mobil, Opet baru ingat belum membawa payung, ya karena saat ini hujam gerimis kembali turun. Radit juga baru tersadar kalau hp nya ketinggalan karena masih di-charge. Akhirnya Opet dan Ntri kembali ke atas mengambil hp Radit dan payung transparan yang dibeli di Goreme.

Karena hari sudah siang, menurut Halit kami sebaiknya ke Uludag terlebih dahulu baru setelah itu exploring Bursa. Hujan semakin deras di perjalanan. Halit sempet mengajak kami berhenti sebentar di sebuah mini market di atas, dimana kami dapet melihat Bursa city view from above. Namun karena hujan, sulit untuk mendapatkan foto yang bagus. Ntri dan Andro mampir ke dalam minimarket membeli Tutku biscuit dan air mineral.

Perjalanan dilanjutkan, menaiki gunung, jalan berliku, hujan, kabut tebal. Untung kami meyewa mobil+driver, kalau pergi sendiri dengan kendaraan umum sepertinya sangat sulit di cuaca seperti ini. Makin keatas kabut menipis, menyuguhkan pemandangan indah pegunungan. Daun-daun berwarna-warni menghiasi lereng-lereng gunung. Disini belum tampak salju, tapi udara sudah semakin dingin, walaupun mobil sudah dilengkapi pemanas. Selama perjalanan kami ditemani lagu-lagi dari playlist Halit, lagu-lagu yang familiar di telinga kami. Sesekali Halit memperdengarkan lagu Turki yang sedang hits saat ini. Nantinya di perjalanan turun, lagu di iPhone saya menjadi playlist di dalam mobil dan kami memperdengarkan lagu 'Tulus- Teman Hidup' kepada Halit :D

Salju mulai terlihat, di pepohonan di tepi jalan. Kami semua excited melihat salju. Maklum baru pertama kali... Eh buat saya bukan yang pertama sih :p hehehe tapi tetap saja semangat. Hujan air berubah jadi butiran hujan salju. Di luar pasti dingin ssekali, brrrrr.... tapi tetap semangat untuk main saljuu..

Sampai sudah di lokasi Uludağ National Park, kanan kiri putih semua. Mobil parkir dan kami turun untuk menuju ke atas. Untuk naik ke atas dapat menggunakan semacam cable car terbuka dengan biaya 10TL sekali jalan. Untuk pulang pergi diperlukan 20TL. Mengenai cable car, sebetulnya ada juga cable car besar dengan rute Bursa - Uludağ, namun sedang dalam perbaikan sampai waktu yang belum ditentukan. Cable car terbuka ini seperti kereta gantung untuk menuju lintasan ski, berupa kursi berkapasitas dua orang, dan terbuka. Andre dan saya naik duluan, diikuti Andro dan Ntri, lalu Radit dan Opet. Halit menunggu di bawah. Wuiiiiiii dalam kondisi hujan salju dan angin seperti ini, dingin sekaliiii, 'anginkuuh dan matakuuh moment' sulit pula untuk melihat ke depan. Untung Andre bertugas membawakan payung trasparan milik Opet, lumayaaan jadi ada perlindungan. Di tengah jalan, kereta berhenti selama beberapa menit, agak deg-degan nih, serem juga, tinggii dan bergoyang terkena angin :| sayup-sayup saya seperti mendengar suara Andro dan Ntri yang cukup kencang hebohnya hahahahaha..


freezing Andro and Ntri (photo by Andrea)

Kereta berjalan normal kembali. Hujan salju masih terjadi dan datangnya dari arah kanan saya dan kebetulan saya duduk di kanan, basaaahhh deehh. Tapi walaupun hujan salju, tetep lho foto-foto ;D hehehe.. Yes, akhirnya tiba di stasiun atas. Sebelum turun ada petugas yang mengambil foto kami, kayanya bakalan dijualin nih, hahahaha... Di sana terdapat sebuah bangunan kecil yang berupa kafe. Kami segera masuk untuk menghangatkan diri.

Di dalam juga cukup ramai akan pengunjung. Lumayan hangat di dalam sini. Semua kedinginan, bahkan Radit yang biasanya bisa bertahan dengan selembar kaos pun tampak sangat tersiksa oleh hawa dingin ini. Kali ini rata-rata kami sudah memakai 3-4 lapis baju dan coat. Opet yang tadi saat di hotel sempat ragu untuk memakai coat balon-karena tampilannya yang kurang fashionable-bersyukur karena akhirnya memilih tetap menggunakan coat balon. Benar saja dugaan kami, petugas di depan tadi membawakan foto berukuran 5R yang sudah dicetak sebanyak 6 lembar, yang ditawarkan 15TL/lembarnya. Karena berhemat dan hasil fotonya juga tidak bagus, kami tidak mengambilnya sama sekali, maaf ya pak :(


tidak diambil tapi sempat difoto :p (photo by Opet)

Di luar masih hujan salju walau sudah mereda daripada tadi. Semua tampak putih, silau, dan berangin. Tapi itu semua tidak menurunkan niat kami untuk bermain salju. Mulai dari tiduran dan mebuat snow angel, memegang dengan tangan tanpa sarung tangan, dan main lempar-lemparan bola salju. Inilah video kami bermain bola salju yang direkam oleh Andre.. :) :)




Saljunya tebal sekali, bahkan menurut saya ini lebih tebal daripada di Mt. Titlis akhir Maret 2013 lalu. Let it snow... let it snow.....

(photo by Andro)

(photo by Ntri)
(photo by Andro)

tongsis moment is back!

Yeaaah all white..!!! Cukup berdingin dingin ria, kami kembali masuk ke coffee shop dan menghangarkan diri. Di tengah ruangan terdapat perapian yang digunakan orang-orang untuk mengeringkan  sarung tangan dan topi. Segelas hot chocolate pun menemani, lumayan kembali hangat. :)

Hujan salju sudah sepenuhnya reda, kami kembali menaiki cable car untuk turun dan melanjutkan perjalanan. Kali ini kereta terasa lebih aman, walaupun sempat berhenti lagi di tengah-tengah. Hujan dan angin tadi memang cukup menegangkan. Puas lah yaa sekali merasakan salju langsung dapat hujan dan badai ringan hehehehe...


the cable car track between pines (photo by Andrea)

Radit and Opet (photo by Andrea)

Andre and me (photo by Radit)

selfie (photo by Radit)


from where we stand (photo by Andrea)

Sampai di bawah bukannya langsung kembali ke mobil, kami masih bermain-main di salju and taking some pictures. It's not winter... it's not white Christmas... it's snow in April...it's snowy Uludag, and  we couldn't be more excited!!

Opet with in her warm balloon coat (photo by Ntri)

Andro (photo by Andrea)

Ntri always with her 'swinging' bag (photo by Andro)

happy faces (photo by Opet)

the snow path are thick and slippery (selfie by Opet)

and Andrea has just slipped (selfie by Opet)

Yup saljunya tebal dan licin, perlu hati-hati saat berjalan. I'm the 'terjatuh' udah ga terhitung lagi berapa kali jatuh :| :| kalo kata Opet dari kasian pengen nolong sampe udah biasa aja..hahahaha... semua orang jatuh kok disini *pembelaan*

Halit yang menunggu di bawah sambil merokok (yap selalu merokok) tertawa-tawa melihat kami. Masuk kembali ke dalam mobil rasanya hangat. Perjalanan turun kami lebih bisa menikmati pemandangan karena hujan yang sudah reda. Pohon pinus dan tanaman yang tertutup salju sungguh menarik minat kami. Kami minta tolong Halit dan pak supir untuk berhenti di tepi jalan yang memungkinkan. Just want to take some pictures :D :D :D

winter worderland

(photo by Radit)

(photo by Andrea)

(photo by Radit)

(photo by Radit)

my favorite one (photo by Andro)

strike a pose in freezing way (photo by Halit)

Foto di tengah jalan? hahahaha iyaa.. Untung traffic tidak ramai, yaa walaupun sesekali kami perlu menghindari mobil lewat dengan kecepatan cukup tinggi. So happy!!! Catching snow, checked!

Perjalanan berlanjut menuruni gunung. Halit bertanya kami ingin makan apa untuk hari ini, dia akan merekomendasikan restaurant yang pas sesuai request kami. Hmmm.. yang enak dan terjangkau range 10-25TL/person. Halit pun berfikir keras :D

Halit mengajak kami ke lokasi Inkaya Tree atau sering disebut Big Tree. Pohon ini besar sesuai namanya, diameter batangnya kurang lebih 10 meter, berumur sekitar 600 tahun, dan terletak di Inkaya village. Pohon ini sudah ada sejak masa Ottoman Empire. Pohon ini unik karena dahan dan cabangnya menyebar ke samping, tidak hanya tumbuh ke atas. Saya bertanya kepada Halit, apa jenis pohon ini. Halit memberikan jawaban nama pohon dalam Bahasa Turki, yang kemudian saya lupa. Kalau dilihat dari daunnya mirip daun pohon maple. Di bawah dan sekeliling pohon terdapat kafe, restaurant, dan toko souvenir. Ada pula pedagang kaki lima yang menjual strawberry dan raspberry, aduuuuhh ga tahan lihat buah merah hitam yang minta dibeli ituuu, hahahahaa.. Tapi akhirnya kita tidak membeli apapun dan hanya berfoto disini.


wooden seat under the Big Tree (photo by Radit)


the 600 years old tree (photo by Halit)

Entah kenapa di lokasi ini hawanya dingiiiiinn sekali. Bahkan saya merasa more freezing daripada saat di gunung tadi. Ternyata semua juga merasa begitu. Kami pun tidak lama-lama disini dan segera masuk mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat makan siang :9

Restaurant yang kami datangi berada di kota Bursa, dengan menu andalan Iskender Kebab. Kebab yang disuguhkan bersama yoghurt dan merupakan makanan khas Bursa. Restaurant bernama Kebabci Tamer ini tidak besar, tapi suasana di dalamnya selayaknya restaurant berkelas dengan furniture dan dekorasi minimalis yang bagus serta nyaman. Karena lapar kali ini saya pesan 1 porsi untuk sendiri. Opet yang khawatir dengan rasa lamb kebab, sharing dengan Ntri. Minumnya air putih saja, kecuali Andre pecinta ayran, memesan segalas ayran. Atas saran waiter kami juga memesan seporsi dessert cokelat yang namanya sulit dilafalkan. 


outside restaurant, menuju ke dalam ada red carpet lho

Bursa Iskender Kebabi (photo by Radit)


the menu, yeah only this 2 pages

Pesanan datang, wuaaaaa.... potongan daging yang tampak menarik.. Dilihat sekilas memang agak berbeda dengan kebab-kebab yang kami makan sebelumnya, disini potongan dagingnya lebih tebal. Setelah piring dihidangkan di meja, masih ada satu penyajian lagi. Chef datang membawa teflon berisi cairan seperti minyak dan menuangkannya di atas daging kebab. Menurut waiter yang tadi dituangkan piring kami adalah special butter. Hmmmm.. tak sabar untuk menyantapnya :9


1 porsiyon Iskender Kebab

Serius... Iskender Kebab ini juara!!! Enaaaak bangeeett subhanallah.. terharu... :')

Dagingnya empuk dan lezat, the special butter is really tasty, juga saus hijau yang melengkapi rasa kebab ini. Yoghurt yang seharusnya agak tidak padu dengan daging, entah mengapa justru menambah keunikan citarasa Iskender Kebab. Bahkkan Opet yang tidak bisa makan daging kambing atau domba tidak mengeluh apapun saat makan kebab ini, justru lahap. This is the best kebab we've ever taste in Turkey!! Dessert cokelat yang kami pesan pun rasanya enaaaak bangeettt.. Servis nya juga oke.. I really recommend this restaurant.. :)

Ntri's funny expression after drinking ayran :D (photo by Radit)

Dari Kebabci Tamer, Halit mengajak kami ke sebuah toko souvenir. Sepertinya toko ini tujuan turis group tour karena di dalamnya kami bertemu beberapa group tour asal Malaysia dan Indonesia, haloooo teman sebangsa,, hehehe.. Toko ini cukup besar dan lengkap, harganya juga tergolong murah tanpa harus menawar. Seperti biasa saya mencari snow globe, namun sayangnya tidak ada snow globe Bursa. yang tersedia hanya Istanbul tapi bentuknya menarik dan bagus-bagus. Saya membeli satu snow globe Istanbul, walaupun sudah punya, hehehe lucuu soalnya :D Teman-teman yang lain juga membeli buah tangan seperti tatakan gelas dan magnet kulkas.

Selesai berbelanja, kami mengunjungi Bursa Grand Mosque atau Bursa Ulu Camii yang merupakan mesjid terluas di Bursa. Kami berkunjung sekaligus shalat zuhur+ashar disini. Seperti mesjid-mesjid di Istanbul, untuk masuk ke dalam Ulu Camii kami harus menutup aurat dan melepas alas kaki. Plastik dan hijab disediakan di depan pintu. Mesjid ini unik sekali, satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah kolam air mancur di tengah mesjid. Uniknya lagi kolam ini digunakan sebagai tempat berwudhu untuk pria, disediakan pula handuk kecil disana. Untuk wudhu wanita ada pula kolam serupa tetapi berada di luar mesjid.


inside Bursa Grand Mosque (photo by Radit)

kolam untuk wudhu pria

the calligraphy (photo by Radit) 

Dari Ulu Camii kami berjalan kaki menuju Bursa Grand Bazaar. Selayaknya pasar modern disini menjual segala rupa oleh-oleh khas Turki, pakaian, perhiasan, kain, dan sebagainya. Tujuan utama kami kemari adalah mencari karpet untuk Andro. Halit mengantarkan kami  ke sebuah toko karpet besar yang memiliki banyak koleksi karpet modern. Awalnya kami sempat ragu, apakah toko ini menyediakan karpet tradisional, ternyata ada. Karpet tradisional sesuai dengan selera dan budget Andro, walaupun sebetulnya made in India, hehehehe. I would say that the carpets are nice, Andro membeli 2 karpet untuk di rumahnya dan berhasil menawar ;)

Misi mencari karpet accomplished!! Selanjutnya kami not in the mood untuk berbelanja. Halit mengajak kami ke sebuah kafe outdoor tak jauh dari situ. Suasananya tenang sekali, kami duduk dan memesan minuman. Harganya juga tidak mahal, standar rata-rata. Halit, Opet, Ntri dan saya memesan apple tea, Andro memesan Turkish coffee, Andre dan Radit memesan Uludag Limonata. Sambari menunggu minuman Andro dan Radit melihat-lihat toko souvenir di dekat situ, saya yang masih penasaran dengan snow globe Bursa akhirnya ikut menyusul juga. Sayang, ternyata tidak ada juga snow globe Bursa di beberapa toko souvenir disini :(


please have a seat (photo by Ntri)

us (photo by Radit)

Saat akan kembali ke kursi, Halit memanggil-manggil  kami. Yang ternyata mengisyaratkan kalau minuman (teh dan kopi) sudah datang dan harus segera diminum sebelum dingin. Hahahaha.. memang khas orang Turki meminum kopi dan teh dalam keadaan panas mengepul. :)

Tak lama kemudian ada 2 orang wanita Turki datang menghampiri kami, dan seketika mengobrol akrab dengan Opet. Usut punya usut ternyata 2 pelajar inilah yang tadi pagi dimintai bantuan oleh Opet untuk berbicara dengan petugas petugas KamilKoc yang meminjamkan saya telefon genggamnya di bus station. Mereka berdua inilah yang fasih berbahasa Inggris diantara manusia yang berlalu-lalang di bus station tadi pagi. Dan dengan baik hati mereka membantu Opet, yang artinya membantu kita semua :)

Mereka berdua (saya lupa namanya) menghadiri conference di Bursa. Saat ini sedang free time bersama temen-teman yang lain. Kami berkenalan, mengobrol sebentar, dan....... tongsis moment together ;D

full team selfie feat Halit and new friends :) 

Setelah menghabiskan minuman, taman sudah tampak sepi. Hari makin sore, toko-toko mulai  tutup, hmmm padahal hari belum gelap. Halit mengajak kami ke lantai atas untuk mengunjungi Silk Bazaar. Sutera merupakan komoditas utama Bursa di bidang tekstil. Beragam macam kain, selengdang, maupun pakaian berbahan sutera diperdagangkan di bazaar ini, mulai dari yang ekonomis hingga yang premium berkualitas tinggi. Membeli barang disini pun perlu kemampuan menawar yang handal. Ntri dan Andre berhasil mendapatkan best buy pashmina cantik sebagai buah tangan untuk ibunda tercinta. :D


view from Silk Bazaar balcony
one of the store at Silk Bazaar (photo by Radit)

Saatnya menyudahi rangkaian Bursa Tour. Kami berjalan kaki kembali menyusuri Bursa Grand Bazaar dan taman-taman menuju pinggir jalan untuk kembali dijemput oleh mobil sewaan. Sebelum kembali ke apartment, kami berhenti dulu di supermarket untuk membeli bahan makanan. Malam ini Ntri berencana untuk memasak makan malam, wihiiii... Ntri dan Opet pun turun berbelanja dengan tergesa-gesa karena mobil parkir di tempat yang tidak bisa parkir lama. Singkat cerita kami sampai kembali ke apartment dan berpisah dengan Halit dan driver, thanks for today :)

Sampai apartment hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek cucian, begitu juga dengan Opet. Mesin cuci sudah berhenti bekerja, jeans sudah setengah kering, dan dilanjutkan dengan menjemurnya. Setelah ganti baju dan beberes sebentar, cooking time starts!!

Konsep memasak semuanya diprakarsai oleh chef Ntri. Ntri dan Opet membeli pasta fussili, 10 butir telur, butter, selai cokelat, dan makanan ringan. Menu malam ini adalah pasta fussili (ceritanya pengganti nasi) dengan abon cabe dan telur korned (korned dari bekal). Untuk side dish ada abon dan roti keras yang di beli di Kusadasi, dan nutrisari mangga hangat sebagai penutup. Kesepakatannya, girls do cooking and boys do the dishes!

Resep ala Ntri ini bisa dicoba di rumah atau saat travelling lho, karena sangat mudah dan enak :D Fussili Aglio Olio BonCabe hanya dibuat dengan merebus fussili seperti biasa kemudian panaskan butter di penggorengan, tumis fussili dan campurkan dengan boncabe hingga merata, voila!
Meniriskan fussili tanpa saringan dan alat seadanya pun menggunakan teknik Ntri yang jadinya dikerjakan rombongan oleh saya, Opet, dan Radit, hahahhaa seruuu 'rusuh-rusuh' di dapur. 

Station berikutnya telur korned sangat mudah, hanya mencampurkan korned ke dalam telur yang dikocok dan ditambah sedikit boncabe, dengan proporsi dikira-kira. Station ini dikerjakan Andre dan Ntri. Kenapa banyak sekali boncabe? Karena kami tidak punya garam dan merica, hahahaha ada sih di lemari dapur tapi entah sudah dari kapan. Kalau kata Radit, garamnya sudah ada sejak zaman Ottoman ^^"


cooking time (photo by Andro)

Radit and Ntri do the plating (photo by Andro)

Dinner is served! Simple but surprisingly delicious and.... mengenyangkan :)) 
Menurut Ntri ini adalah makan malam terhemat kita, dan masih ada bahan untuk sarapan besok.. 


dinner is served! (photo by Radit)

eating, talking, and taking pictures because all great changes begins at dinner table 

Alhamdulillah... :) 
Then boys do the dishes :)

husband material banget yaah :") hahahaha (photo by Ntri)

Beres makan dan cuci piring saatnya quality time. Setelah mandi, saya Opet dan Ntri maskeran menggunakan masker yang dibeli di Kusadasi. Reborn! Rasanya kulit wajah segar dan kembali ^^

Tak terasa malam semakin larut, waktu terasa cepat dikala mengobrol, melakukan hal-hal tersier, dan sesekali nyicil packing.

For the closing, facts about Bursa and Uludag :

  1. Bursa city merupakan ibukota dari Bursa province, terletak di barat laut Anatolia
  2. Dahulu Bursa merupakan pusat perkembangan pada masa early Ottoman, oleh karena itu bangunannya banyak mengandung unsur Ottoman architectures
  3. Selain yang kami kunjungi diatas terdapat juga Green Complex yang merupakan tujuan wisata utama tdi Bursa, terdiri dari Green Mosque, Green Tomb, and Green Bazaar. Tujuan wisata lain bisa mengunjungi Aquarium, Waterfall, dan Ottoman village. Atau berbelanja di IKEA dekat Bursa otogar.
  4. Mount Uludag merupakan area tertinggi di Anatolia bagian barat, merupakan destinasi favorit untuk winter sport seperti ski. Musim ski yakni bulan Desember-Maret, dan biasanya kunjungan ke Uludag sudah termasuk dalam paket tur umum dari Indonesia bila tour diadakan pada bulan-bulan tersebut 
  5. Di Uludag terdapat pula resort dan penginapan lainnya, dapat dijadikan pilihan selain menginap di Bursa
  6. Bursa terkenal akan silk (sutera), iskender kebab (kebab with yoghurt), dan Uludag Limonata, wajib dicoba :)

Uludag Collage by Andro Kaliandi

Iyi geceler... 
Yarın görüşürüz.. :)

Wednesday, May 21, 2014

TURKEY : Ancient site Ephesus and bay city Kusadasi

Wednesday, April 9, 2014

Evening in Kusadasi..


Sesuai yang dijadwalkan, bus tiba di Kusadasi Otogar pukul 20.15, saat hari sudah gelap. Kusadasi merupakan kota pantai di wilayah Izmir, yang konon katanya mahal, tapi kami berhasil dapat penginapan dengan harga sangat murah. Bus station terletak di pinggiran kota, sepi sekali suasana disini, jalan menuju kemaripun melewati pemukiman yang sepi. Seperti biasa, begitu tiba di bus station, kami menuju loket KamilKoc untuk membeli tiket untuk tujuan berikutnya. Tiket Kusadasi - Bursa esok hari pukul 23.15, yeah kami akan kembali bermalam di bus, seharga 50TL/tiket.

KamilKoc Kusadasi juga menyediakan shuttle untuk menuju hotel. Kami menunjukkan bukti pemesanan hotel kami kepada sang driver, lalu berangkat menuju hotel. Di pusat kota Kusadasi, kondisi cukup ramai, terutama di tepi pantai yang juga memiliki banyak ruang terbuka publik serta cafe and resto. Kontur tanah Kusadasi tidak datar, banyak jalanan menanjak yang cukup ekstrim. Bila dilihat dari jauh bangunan di dataran menanjang tampak menarik karena terlihat seperti bertingkat-tingkat. 

Hotel yang akan kami tinggalai bernama Panorama Backpacker meeting point, kami memesannya via http://www.hostelbookers.com/. Tampaknya hotel ini tidak terkenal, supir shuttle beberapa kali bertanya pada orang sekitar mengenai lokasi hotel. Sampai akhirnya shuttle berhenti di ujung sebuah jalan yang agak sepi. Dan sang driver mengatakan kalau hotel masih diujung jalan yang tampak menanjak, dan hana bisa dilewati dengan berjalan kaki.

Jalanan yang dimaksud menanjak cukup curam, sepi, dan agak gelap :| agak khawatir tapi karena jumlah kami berenam, saya merasa lebih tenang. Kalau melihat kanan kiri, jalanan ini  adalah pertokoan, namun sudah tutup karena sudah malam. Hotel sudah terlihat, bangunan terang di kanan jalan. Di dalam pun sepi, hanya ada seorang bapak tua penjaga hotel. Entah karena sepi dan sudah malam atau bagaimana bapak ini juga jadi tampak menakutkan.... rambut putih, gigi indikasi gigi tiruan lepasan dan pro perawatan perio (sorry dentistry things), berjalan agak pincang, dan suara yang terdengar parau. :| :| :|

Beres check in, kami diberi 2 kunci kamar di lantai 2. Untuk mencapainya harus menggunakan lift dan lift tersebut hanya muat 2 orang + 2 koper. Saya dan Opet naik duluan bersama koper-koper. Sampai di atas dan pintu lift terbuka......................gelap.................iya gelaappp................saya panik dan berniat untuk kembali ke bawah menggunakan lift. Opet yang tampak lebih tenang (walaupun takut juga) melihat ada kamar di sebelah kanan lift yang pintunya terbuka dan lampunya menyala dan mengajak saya untuk masuk. Ya, kamar itulah kamar kami, nomernya sesuai yang tertulis di kunci. Kamarnya standar, cukup luas, namun dingin dan bau kucing.

Selanjutnya semua sudah tiba diatas dan berkumpul di kamar ini, bingung. Baru saya berniat untuk turun dan bertanya kepada petugas hotel, lift tiba-tiba terbuka dan si penjaga datang. Dia mengatakan bahwa kamar yang sudah kami masuki benar kamar kami dan kamar satunya berada di ujung gang gelap itu. Saat melewati lorong, lampu koridor otomatis menyala,,, oooooo.... hahahhahaha karena terlalu takut bahkan kami tak berani melangkah :"(. Don't expect to much to the cheap-priced-hotel.
Kamar yang satu bermasalah di kamar mandinya, sehingga untuk mandi harus menggunakan kamar mandi di sebelah kamar yang tadi sudah kami masuki. Seperti biasa laki-laki mengalah, mereka menggunakan kamar yang kamar mandinya rusak, dan kami di kamar dengan kamar mandi berfungsi normal, yang ternyata air panasnya tidak menyala. Oke ga mandi deh malam ini, dingiiiinn kakaaakk.. >.<

Untuk makan malam kami menyantap bekal yang ada, rice crackers, selime monastery alias abon, keripik melinjo, potato chips, fitbar, dan mie gelas yang dijadikan mie remes karena tidak ada air panas. Sediihh yaa malam ini, hahahahahahaa..

Beres sikat gigi, cuci-cuci, solat dan lain-lain kami memutuskan tidur. Kali ini salah satu lampu dibiarkan menyala, karena kami takut. Alhasil saya yang biasa tidur dalam kegelapan tidak bisa tiduuurrr, dan kedinginan. Sempat panik juga karena nafas Opet tiba-tiba mengeluarkan bunyi selayaknya asma kambuh. Sepertinya karena bulu kucing dan debu :( Opet segera minum obat dan kembali tidur, Alhamdulillah sampai keesokan hari tidak terjadi apa-apa.

Okey.. I'm trying to sleep under the light..
Sleep...sleep...sleep....


Thursday, April 10, 2014

Sulit sekali untuk tidur dalam cahaya dan udara dingin untuk saya. Dan ternyata Opet dan Ntri juga tidak bisa tidur dengan baik. Setelah solat subuh, saya nyempil tidur di kasur Opet, lumayan bisa tidur lebih berkualitas. Sampai pukul 07.00 kami bangun dan memutuskan untuk mandi bertiga di kamar sebelah yang ada air hangat, dan berlanjut dengan packing.


the corridor, the white door is the elevator (photo by Radit)

Kami tidak dapat sarapan dari hotel, wajar sih, secara  disini semalam hanya 8-9 USD per orang. Ternyata di hotel ini bukan kami saja penghuninya, di sebelah kamar laki-laki ada yang menempati. Kami akan mengunjungi Ephesus hari ini, yang kurang lebih berjarak 15 menit perjalanan dengan mobil dari Kusadasi. Setelah check out dan menitipkan barang kepada si penjaga hotel yang selalu merokok sepanjang waktu (orang yang sama dengan tadi malam, saya lupa namanya), kami mencari sarapan sebelum menuju tempat wisata.

Mengikuti peta buatan si bapak penjaga hotel, kami sampai di lokasi yang cukup ramai dengan manusia. Daerah ini disebut Bazaar, atau market (english) atau pasar (bahasa). Bukan pasar yang menjual sayur dan ikan yaa, lebih ke pasar yang menjual pakaian, sepatu, souvenir, dan kebutuhan lainnya. Tersebar juga money changer, restaurant, dan kafe. Kami menetapkan pilihan pada restaurant yang menyajikan menu breakfast dengan free tea/coffee (terpengaruh promo :p).


view from our seat (photo by Radit)

Semua kelaparan karena makan malam yang tidak memadai. Teman-teman memesan full english breakfast, saya memesan burger + fries, hahahaha not in the turkish breakfast mood. Opet yang sejak awal penasararan dengan Turkish coffee akhirnya memesannya disini. Kembali tidak mencatat/memfoto nama restaurant nya, suasana disini menyenangkan dan makanannya enak dan porsinya besar :) :) :)


a set of Turkish coffee, contains black coffee, water, and turkish delight (photo by Opet)

Kami juga sembari bertanya kepada pemilik/pelayan restaurant how to get to Ephesus. Dari info di internet kami mendapat info kalau ada dolmus dari Kusadasi - Selçuk tiap 15 menit, dan seharga 5TL sekali jalan. Namun dolmus hanya melewati pintu masuk di bawah, dimana kalau menurut sumber lebih baik mulai dari pintu atas dan berakhir di bawah. Karena perlu mendaki dan berjalan cukup jauh bila memulai dari bawah, dan setelah sampai diatas harus kembali lagi ke bawah untuk mencari dolmus. Banyak sumber di internet yang memberikan saran agar naik dolmus sampai pintu bawah, baru kemudian naik taksi ke atas. Tadinya kami akan menggunakan opsi itu. Namun, pemilik restaurant memberikan saran agar kami naik taksi saja dari sini, karena dia memiliki kenalan supir taksi terpercaya dan karena jumlah kami pas dalam 1 taksi besar. Dia menawarkan 50 Euro untuk Kusadasi - Selçuk (Ephesus) - Kusadasi. Setelah menimbang-nimbang akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan taksi.

Taksi yang kami naiki berukuran besar jd muat menampung kami semua, dengan supir taksi bernama Fatih (kali ini saya ingat karena masih menyimpan kartu namanya :p). Ephesus berada di Selçuk, 19 km dari Kusadasi, masih di wilayah Izmir. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit. Kami sembari mengobrol dengan supir taksi, membincangkan mengenai pariwisata Turki. Andro yang duduk di samping pak supir memainkan lagu dari playlist iPhone nya, of course the top 40 list, hahahahaa...


Fatih menawarkan kami bila ingin mengunjungi House of Virgin Mary yang juga objek wisata populer di Ephesus. Namun, atas berbagai pertimbangan kami memutuskan ke Ephesus saja. Kami melewati gerbang bawah, dan melanjutkan perjalanan menuju gerbang atas. Jaraknya lumayan juga. Setibanya di atas, kami turun dan mencatat nomor polisi taksi, dan akan bertemu kembali dengan Fatih di gerbang bawah.

Ephesus was an ancient Greek city, one of the greatest of Ionian cities. Dahulu Ephesus atau yang disebut Efes oleh warga Turki, memiliki the greatest seaport yang merupakan pusat pelayaran dan perdagangan. Sejarah dan hal-hal lain mengenai Ephesus bisa dibaca di link ini. Untuk memasuki Ephesus archeological site dikenakan biaya 25TL/orang. Kalau melihat ruins seperti ini saya jadi membayangkan dulunya seperti apa, dan kegiatan apa saja yang terjadi disitu.. 


the ruins

pathway (photo by Radit)

(photo by Radit)

Ephesus in spring

Langit sedang biru cerah, walaupun matahari bersinar sangat terik. Let the pictures tell how marvellous Ephesus is...


just us strike a pose (photo by Ntri)

Basilica (photo by Andro)

stripes (photo by Ntri)


besties :)

my ootd (photo by Ntri)
stripes t-shirt : pasar senen, jeans : uniqlo, leather jacket : massimo dutti (Ntri's)
bag : bree, shoes : andre comfort, sunglasses : gift from best friends 

Btw itu baru di bagian depan dari ancient site ini. Kami lanjut ke dalam menyusuri Basilica, melewati State Agora, Fountain, Temple of Domitian, Hercules Gate, dan lain lain, hingga mencapai Celcus Library yang katanya merupakan the most beautiful structure in Ephesus.


Andro between the ruins (photo by Radit)
ancient site and clear blue sky (photo by Radit)
cute little couple (or siblings?) (photo by Radit)

Opet (photo by Ntri)

The Hercules Gate (photo by Ntri)

Andrea walking through the alley (photo by Andro)

ancient Greek statue

(photo by Radit)

Saat sedang menikmati bangunan, ada 2 orang anak usia high school menghampiri saya. Mereka mau mewawancarai saya dalam rangka tugas Bahasa Inggris. Hihihii jadi ingat dulu saat SMA saya juga pernah dapat tugas untuk mewawancarai turis asing. Mengobrol lah kami.. tapi ternyata mereka hanya latihan conversation tanpa membuat catatan atau rekaman. Setelah mereka pamit, saya jadi memperhatikan, hari itu banyak anak-anak usia high school di Ephesus dan menghampiri turis-turis asing untuk mengobrol. Hmmm nampaknya Ephesus juga merupakan lokasi bersejarah yang wajib didatangi anak sekolah :)


being interviewed by those high school boys (photo by Radit)

Di Celcus Library sudah banyak pengunjung yang berkumpul, beberapa dari group tour. Kami mencari celah untuk mendapatkan clear shoot tanpa orang-orang. Namun ternyata sulit......


the famous Celcus Library

Library of Celcus (photo by Radit)

details (photo by Radit)

Radit, this photo taken from inside the Library (photo by Andro)

center of the Library (photo by Radit)

Jumping inside Library, Opet vs Andro

earth-themed-wardrobe (photo by Andro)

Makin siang Celcus Library makin ramai oleh pengunjung, terutama group tour dari Asia, yang sepertinya berasal dari Korea, Jepang, dan Cina. Kami melanjutkan petualangan menuju Amphitheatre sembari photo stop di lokasi-lokasi menarik.


(photo by Radit)

the sign of spring (photo by Andrea)


Pintu masuk Amphiteatre berada di kursi teratas theatre, sehingga kami perlu berjalan mendaki ke atas. Dan lagi-lagi diperlukan sepatu yang kuat, walaupun disini jalannya sudah lebih halus dibandingkan Pamukkale. 

way to the theatre (photo by Andrea)

The Great Theatre setinggi 18 meter ini dibagi memliki 66 row kursi dan dipisahkan oleh 2 diazoma (jalan di tengah row kursi) yang membaginya menjadi 3 section. Section paling bawah, disediakan untuk orang-orang penting. Kapasitas theatre ini yakni 25.000 kursi. Tidak hanya drama dan konser yang dahulu diselenggarakan disini, theatre ini juga dijadikan tempat untuk diskusi keagamaan, politik dan filosofi, serta gladiator and animal fight



The Great Theatre, Ephesus (photo by Radit)

Just for fun, we doing some 'weird' pose :") pardon our selfie :")


Girls copying Radit's signature style (photo by Andro)

Sarimin style ;p (photo by Andro)

and the normal one (photo by Andrea)

Boys (photo by Ntri)

"Toyor Andre" tribute to Opet (photo by Ntri)

Pantura's style:D (photo by Ntri)

Hahahahahhaa.. still laughing when seeing those pictures :D
Ternyata bukan kami saja yang berbuat "aneh-aneh". Serombongan turis asal Cina yang berkunjung kemari mengadakan pertunjukan dadakan di panggung theatre. Meraka bernyanyi lagu dengan bahasa mereka (nampaknya lagu klasik yang populer) dan menarikan tarian tradisional singkat. Hahahahaa lucu dan heboh.. Hebatnya si penyanyi bisa menghasilkan suara sangat kencang dan jelas untuk dapat didengar di seantero theatre. Semua yang ada disitu ikut menjadi penonton dan memberikan tepuk tangan meriah, termasuk kami yang juga terhibur :)) 

pertunjukan dadakan (photo by Radit)

zoom in (photo by Radit)

The journey continues to...... end of ancient city. Sudah dua jam lebih kami di dalam, dan sudah perlu asupan makanan lagi. Sebeluam keluar dari Ephesus museum, kami mampir ke official souvenir shop yang memberikan sample Turkish delight rasa dewa..!!! hahahaha iyaaa enak banget rasanya, tapi ragu kalau beli sekarang, karena rencana kami belanja besar adalah di hari-hari terakhir. 


(photo by Radit)

one of a kind blooming tree (photo by Radit)

the singing trees (photo by Radit)

Sepanjang jalan setapak menuju pintu keluar, ditumbuhi sederetan pohon pinus yang mengeluarkan suara saat angin bertiup. Merdu dan menenangkan sekalii mendengarkannya... walaupun kalau malam hari mungkin jadi horor :p. You should hear it by yourself, it's nice :)
Keluar pintu seperti biasa saya mampir dulu ke non-official souvenir shop untuk membeli snowglobe. Harus nawar lho disini, padahal saya iseng saja nawar, ternyata dikasih, hmm hmm hmmm... 
Kami kembali bertemu Fatih dan kembali ke Kusadasi. Di perjalanan, kami berhenti sebentar karena Andro-yang-terobsesi-dengan-binatang ingin mengambil gambar sapi perah yang sedang merumput di tepi jalan.

Opet si anak gembala (photo by Andro)

Sepanjang perjalanan pulang saya dan Ntri agak khawatir melihat argo taksi karena out of budget. Deg-degan!!
Tapi Alhamdulillah sesampainya kembali di center Kusadasi, atas saran Ntri, saya langsung serahkan 50 euro, dan Fatih tidak ngomong apa-apa lagi selain "thank you".. fiuuuhhh....

Siang menjelang sore begini, center Kusadasi terlihat ramai, ya karena daerah tempat kami turun tadi merupakan Bazaar alias pasar kalau dalam istilah Bahasa Indonesia. Untuk makan siang, setelah berjalan dan berkeliling, kami memutuskan untuk makan di McD (yang sudah diidamkan sejak di Cappadocia) sembari duduk-duduk menghabiskan waktu. 


found this multicolor stairs in center Kusadasi (photo by Andrea)

Matahari sudah mulai turun, hari mulai sore. Kami akan menghabiskan waktu di sepanjang pantai Kusadasi, yang sebelumnya sudah kami lewati dengan taksi. Semua ditempuh dengan berjalan kaki. Yeah, this trip is all about walking! :D Sepanjang melewati bazaar semua pedagang menawarkan dagangannya dan menebak-nebak asal negara kami.
"Hai Malaysia, apa kabar...?"
"Are you from Philippine? "
"Hai Indonesia, murah..murah..."
"Sawade ka....."
Hhiiihihihii... lucu...

Kusadasi Marina, ramai akan orang-orang yang berkumpul, duduk-duduk santai, menikmati pemandangan dari cafe, jogging, mengajak binatang peliharaan (yang adalah anjing) jalan-jalan, dan sebagainya. 


Kusadasi Marina's view

this bench available along the marina

reminiscing childhood (photo by Ntri)

enjoying Kusadasi (photo by Ntri)

Sayang sekali kami tidak bisa melakukan tongsis moment, karena tongsis Andro mengalami cedera. Bracket-nya patah di salah satu bagian jadi harus diikat supaya bisa "megang" hp. Daripada terjadi apa-apa sama si iPhone jadinya tongsis disimpan untuk sementara.

Ada sebuah bangunan menarik di Kusadasi. Semacam jembatan dengan desain arsitektur modern minimalis. Sayang saya tidak memfoto keseluruhan jembatannya. Di sini pula terdapat semacam food court dan kumpulan kafe yang menghadap laut.


glass accent

small mercusuar out there (photo by Ntri)

Diatas jembatan terjadi "anginkuh moment". Anginnya kenceng banget, dan dingiiinn, cuma Radit yang kuat dingin. Akhirnya kami turun dan duduk-duduk di food court, sembari mampir apotek untuk membeli band aid, untuk kaki Andro yang lecet. Saya dan Opet juga membeli masker wajah, hahahaha super iseng, karena merasa wajah kusam banget dan perlu ditreatment. :p just women being women :)

Hari makin gelap dan hawa semakin dingin. Kami memutuskan untuk kembali saja ke hotel dan menunggu di lobby. Kembali dengan berjalan kaki, dan mengingat-ingat arahnya, untung ada Andrea, the walking map who is easy to remember directions :)

Kami mampir untuk membeli cemilan untuk makan malam. Dan di minimarket ini ternyata ada roti Turki. Ukuran cukup besar hanya 0,9 TL. Radit si pecinta roti tak tanggung-tanggung minta beli 2 roti. Tidak terasa kami sudah sampai hotel dan killing time dengan mongobrol, bersih-bersih, beberes, dan ngemil. Ehem.. roti yang tadi keras juga yaa khas roti Turki. Dan karena belum dipotong agak perjuangan juga makannya, namun Radit tetap berjuang, hahahaha... Again, I wish I didn't wear braces right now.

the steep road, almost 90 degrees :o

Saya meminta tolong petugas hotel untuk menghubungi KamilKoc agar menjemput kami lagi untuk menuju bus station. KamilKoc akan menjemput pukul 22.30 di depan gang yang kemarin kami turun. Ada yang berbeda dari bapak petugas ini, ternyata he had a haircut. Jadi terlihat lebih rapi dan tidak menyeramkan, hahahhaa.. Hebat juga bapak ini, dia yang menjaga dan mengurus hotel sendiri. Saya kurang tau dia pemiliknya atau bukan, tapi yang pasti tidak ada petugas lain disini selain beliau. 

Pukul 22.15, setelah berpamitan dengan bapak penjaga hotel, kami segera menuju tempat janjian. Tidak jauh dan jalannya turunan. Toko-toko sepanjang jalan yang kami lewati sudah tutup dan gelap. Di luar sangat dingiiiiinn.. harus bertahan!

Kami agak panik karena pukul 22.30 shuttle bus belum juga tiba. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu 10 menit, bila shuttle belum juga tiba kami akan naik dolmus atau taksi menuju otogar.

Tik..tok..tok..tok.. 10 menit berlalu.. shuttle tak kunjung tiba, sedangkan kami harus tiba pukul 23.00. Akhirnya saat ada dolmus lewat kami segera naik. Biaya dolmus saya lupa, kalau tidak salah anatara 1,5 - 2TL. Kurang lebih perjalanan memakan waktu 15 menit. Namun dolmus tidak berhenti di dalam otogar, kami tetap harus jalan kaki menuju otogar, dan jalannya gelap serta banyak perbaikan disana-sini. Sambil menggeret koper dan berlari (jadi ingat Istanbul) kami menuju otogar, melewati pembatas jalan, jalan yang berkerikil, sampai akhirnya tiba di depan kantor KamilKoc dan bus tidak ada di depannya. 

Kami menghampiri petugas loket, dan menanyakan bus, dan menceritakan mengenai shuttle yang tak kunjung datang. Menurut petugas wanita itu, shuttle sudah datang menjemput kami dan mencari kami,, hiyaaaaaa selisiban. Lalu dia menelepon rekannya dan memberitahu kalau kami disini. 

Sembari menunggu kami menyempatkan diri ke toilet dan harus berhadapan dengan anjing-anjing yang berkeliaran di otogar :( :( :( Beberapa menit kemudian shuttle bus datang dan kami diminta naik ke dalam shuttle. Bingung, karena jam sudah menunjukkan bahwa jam keberangkatan sudah lewat. Nurut saja deh, mungkin akan diantar ke otogar lain terdekat.

Yup, ternyata bus parkir di salah satu kantor KamilKoc dekat kota. Kami sudah melewatinya tadi saat naik dolmus. Kami mengenalinya karena desain tata lampu yang unik. Kami segera turun shuttle, berterima kasih, menaruh koper di bagasi dan memasuki bus. Saya merasa diliatin oleh penumpang lain, hmmmmmm yasudahlah yaa....

Perjalanan Kusadasi - Bursa memakan waktu 7 jam 15 menit, diperkirakan kami akan tiba di Bursa besok pagi, pukul 06.30. What a hard day! But yeah, that will be unforgettable, and also, I have 5 amazing friends who aren't easy to complain and supporting each others :) This journey won't be happen without you all :)

For the end, fact about Kusadasi-Ephesus 
  1. Dari pengalaman pribadi kami, di kota ini paling banyak hal di luar ekspektasi yang terjadi di kota ini. It will be unforgettable for us :)
  2. Untuk menuju Ephesus bisa saja menginap di Selçuk, lebih dekat bahkan. Kami memilih Kusadasi berdasarkan pertimbangan harga penginapan dan akses bus antarkota.
  3. Selain Ephesus ancient city, objek wisata lain yang recommended dikunjungi di Selçuk yakni House of Virgin Mary, Temple of Artemis, dan Basilica of Saint John

Okay it's a wrap
Good night, selamat tidur...